Sejarah Panjang Masjid Ibrahimi, Hebron

 

Sejarah Panjang Masjid Ibrahimi, Hebron

Masjid Ibrahimi yang terletak di kota Hebron, Tepi Barat, Palestina, merupakan salah satu situs keagamaan paling tua dan bersejarah di dunia. Masjid ini memiliki nilai spiritual yang mendalam, terutama bagi umat Islam, Yahudi, dan Kristen, karena diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya. Tak heran, masjid ini menjadi pusat ziarah dan sekaligus simbol sejarah panjang yang penuh dinamika, konflik, dan perebutan pengaruh.

 

Asal-Usul dan Sejarah Awal

Masjid Ibrahimi dikenal juga sebagai Al-Haram Al-Ibrahimi. Sejarahnya bermula sejak ribuan tahun lalu, ketika Nabi Ibrahim AS membeli sebuah gua bernama Gua Makpelah (Cave of the Patriarchs) untuk dijadikan tempat pemakaman keluarganya. Di sinilah Ibrahim AS, istrinya Sarah, putra mereka Ishaq AS dan istrinya Ribka, serta Ya’qub AS dan istrinya Leah diyakini dimakamkan.

 

Bangunan monumental pertama di kawasan ini diperkirakan dibangun pada masa Raja Herodes (sekitar abad pertama SM), yang mendirikan dinding besar mengelilingi gua tersebut. Struktur inilah yang menjadi fondasi kompleks Masjid Ibrahimi hingga kini.

 

Perkembangan pada Masa Islam

Setelah Islam masuk ke Palestina pada abad ke-7 M, kawasan ini diubah menjadi masjid dan diberi nama Masjid Ibrahimi. Khalifah Umar bin Khattab RA adalah tokoh pertama yang menaruh perhatian besar pada tempat ini dengan menegaskan kesuciannya sebagai situs Islam.

 

Pada masa Dinasti Umayyah, Abbasiyah, hingga Mamluk, Masjid Ibrahimi mengalami renovasi besar-besaran. Kubah, mimbar, dan ruang shalat ditambahkan, menjadikannya salah satu masjid termegah di wilayah Palestina.

 

Masa Perang Salib dan Kekuasaan Bergantian

Ketika Perang Salib berlangsung pada abad ke-12, kompleks Masjid Ibrahimi diubah menjadi gereja oleh tentara Salib. Namun, setelah kota Hebron kembali dikuasai oleh Salahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1187, masjid dikembalikan fungsinya sebagai rumah ibadah umat Islam. Salahuddin juga menambahkan mimbar indah yang masih menjadi salah satu peninggalan berharga hingga kini.

 

Era Modern dan Konflik

Memasuki abad ke-20, Masjid Ibrahimi menjadi titik konflik antara umat Islam dan Yahudi. Setelah pendudukan Israel tahun 1967 di Tepi Barat, pengaturan akses ke masjid menjadi isu yang rumit. Tragedi besar terjadi pada 25 Februari 1994, ketika seorang ekstremis Yahudi, Baruch Goldstein, melakukan penembakan brutal terhadap jamaah Muslim yang sedang melaksanakan shalat Subuh. Insiden ini menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya.

 

Pasca tragedi tersebut, otoritas Israel membagi kawasan masjid menjadi dua bagian: satu untuk umat Islam, satu lagi untuk pemeluk Yahudi. Kebijakan ini menambah ketegangan di Hebron dan menimbulkan kontroversi hingga hari ini.

 

Arsitektur dan Keunikan

Masjid Ibrahimi memiliki ciri khas arsitektur kuno dengan dinding batu besar peninggalan Herodes, dipadukan dengan tambahan arsitektur Islam dari berbagai era. Ruang dalam masjid dihiasi ukiran kaligrafi, mimbar bersejarah, serta ruangan khusus yang dipercaya sebagai lokasi gua makam Nabi Ibrahim dan keluarganya.

Keunikan masjid ini terletak pada statusnya sebagai situs tiga agama samawi, menjadikannya salah satu titik terpenting dalam sejarah keagamaan dunia.

 

Sejarah panjang Masjid Ibrahimi di Hebron bukan hanya menggambarkan perjalanan sebuah tempat ibadah, tetapi juga mencerminkan dinamika hubungan antaragama, konflik politik, dan perebutan identitas yang berlangsung selama ribuan tahun. Bagi umat Islam, masjid ini tetap menjadi simbol keteguhan iman sekaligus warisan peradaban yang harus dijaga.

 

Post a Comment

Previous Post Next Post