Ziarah ke Makam Salahuddin Al-Ayyubi di Damaskus
Salahuddin Al-Ayyubi adalah salah satu tokoh besar dalam
sejarah Islam yang dikenal karena keberanian, kecerdasan, serta jiwa
kepemimpinannya. Namanya harum sebagai panglima yang berhasil merebut kembali
Yerusalem dari tangan Tentara Salib pada tahun 1187 M. Kepribadiannya yang
penuh welas asih, bahkan kepada musuhnya, membuatnya dihormati bukan hanya oleh
umat Islam, tetapi juga oleh kalangan non-Muslim. Hingga kini, makamnya di
Damaskus, Suriah, menjadi salah satu tujuan ziarah penting bagi umat Islam dan
pencinta sejarah dunia.
Sejarah Singkat Salahuddin Al-Ayyubi
Salahuddin lahir pada tahun 1137 M di Tikrit, Irak. Ia
tumbuh dalam keluarga Kurdi yang memiliki tradisi militer kuat. Dengan
kecerdasan strateginya, ia berhasil menyatukan umat Islam yang sebelumnya
tercerai-berai dan memimpin perlawanan terhadap Tentara Salib. Keberhasilannya
menaklukkan Yerusalem dalam Pertempuran Hattin menjadi salah satu titik balik
sejarah. Namun, yang membuatnya semakin dikenang adalah sikap toleransinya.
Saat memasuki Yerusalem, ia tidak membalas kekejaman tentara salib, tetapi memberikan
jaminan keselamatan bagi penduduk kota, baik Muslim, Kristen, maupun Yahudi.
Makam Salahuddin di Damaskus
Setelah wafat pada 4 Maret 1193 M di Damaskus, jenazah
Salahuddin dimakamkan di kompleks Masjid Umayyah, salah satu masjid tertua dan
termegah di dunia Islam. Makamnya sangat sederhana, jauh dari kemewahan,
sejalan dengan sikap hidupnya yang rendah hati.
Di dalam kompleks tersebut, terdapat dua makam:
- Makam
asli yang terbuat dari kayu sederhana.
- Makam
marmer yang dibangun kemudian oleh Sultan Abdulhamid II dari
Kesultanan Utsmaniyah sebagai bentuk penghormatan.
Keindahan arsitektur Masjid Umayyah, berpadu dengan
kesyahduan makam Salahuddin, membuat tempat ini memiliki daya tarik spiritual
dan historis yang luar biasa.
Nilai Spiritual Ziarah
Ziarah ke makam Salahuddin Al-Ayyubi bukan hanya perjalanan
sejarah, tetapi juga sarana untuk mengambil pelajaran hidup. Dari makamnya yang
sederhana, peziarah dapat merenungkan:
- Kerendahan
hati seorang pemimpin besar, yang meski menguasai wilayah luas,
memilih kesahajaan dalam kematiannya.
- Keteladanan
dalam kepemimpinan, di mana keberanian selalu diiringi dengan kasih
sayang.
- Pentingnya
persatuan umat, sebagaimana Salahuddin mampu menyatukan kaum Muslimin
melawan ancaman eksternal.
Mengunjungi makam Salahuddin Al-Ayyubi di Damaskus bukan
hanya sekadar perjalanan ziarah, tetapi juga pengingat akan perjuangan dan
keteladanan seorang tokoh besar dalam sejarah Islam. Dari sosoknya, kita
belajar arti kepemimpinan, toleransi, dan keberanian yang sejati. Damaskus,
dengan segala pesona sejarahnya, akan selalu menjadi saksi keabadian nama
Salahuddin dalam lembaran sejarah dunia.
Post a Comment