Jejak Sejarah Masjid Namirah di Arafah
Masjid Namirah merupakan salah satu masjid bersejarah yang
memiliki kedudukan istimewa dalam syiar Islam, khususnya dalam ibadah haji.
Masjid ini terletak di kawasan Arafah, sekitar 20 kilometer dari kota Makkah,
Arab Saudi. Setiap tahunnya, Masjid Namirah menjadi saksi berkumpulnya jutaan
jamaah haji pada puncak ibadah wukuf di Arafah, yang merupakan rukun terpenting
dari rangkaian haji.
Sejarah Berdirinya Masjid Namirah
Masjid Namirah memiliki keterkaitan erat dengan perjalanan
hidup Rasulullah saw. Pada
tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah, saat beliau melaksanakan haji wada’,
Rasulullah berhenti di sebuah tempat bernama Namirah, yang berada di tepi
padang Arafah. Di lokasi inilah beliau mendirikan kemah dan beristirahat
sebelum berkhutbah kepada umat Muslim.
Khutbah tersebut dikenal sebagai Khutbah Wada’, yang
berisi pesan-pesan penting tentang persaudaraan, persamaan derajat, larangan
riba, serta penegasan bahwa agama Islam telah sempurna. Karena peristiwa
bersejarah inilah, kemudian dibangun sebuah masjid di lokasi tersebut, yang
diberi nama Masjid Namirah.
Perkembangan dan Renovasi Masjid
Seiring berjalannya waktu, Masjid Namirah mengalami beberapa
kali renovasi untuk menampung semakin banyak jamaah haji. Pada masa kekuasaan
Islam klasik hingga era modern, masjid ini terus diperluas. Saat ini, Masjid
Namirah menjadi salah satu masjid terbesar di Arab Saudi dengan luas sekitar 110.000
meter persegi, mampu menampung lebih dari 350.000 jamaah sekaligus.
Masjid ini terdiri dari tiga bagian utama :
- Bagian
pertama terletak di luar kawasan Arafah.
- Bagian
kedua berada tepat di dalam kawasan Arafah.
- Bagian
ketiga berada di lembah Uranah, tempat Rasulullah saw menyampaikan khutbahnya.
Hal ini membuat Masjid Namirah memiliki posisi yang unik dan
strategis, sekaligus menegaskan peranannya dalam sejarah dan ibadah haji.
Peran Masjid Namirah dalam Ibadah Haji
Puncak kegiatan di Masjid Namirah terjadi pada tanggal 9
Dzulhijjah. Ribuan jamaah berkumpul sejak pagi untuk melaksanakan shalat Dzuhur
dan Ashar yang diqashar dan dijamak, sesuai sunnah Rasulullah saw. Setelah itu, jamaah bergerak
menuju padang Arafah untuk melaksanakan wukuf hingga matahari terbenam.
Momen wukuf di Arafah sering disebut sebagai intisari
haji, karena tanpa wukuf, ibadah haji tidak dianggap sah. Maka tidak heran
jika Masjid Namirah memiliki kedudukan spiritual yang sangat tinggi bagi umat
Islam.
Nilai Spiritual dan Sejarah yang Abadi
Jejak sejarah Masjid Namirah bukan hanya tentang bangunan
fisik, melainkan juga tentang pesan universal yang disampaikan Rasulullah saw lebih dari 1.400 tahun lalu.
Pesan tersebut masih relevan hingga kini: persaudaraan, keadilan, dan ketakwaan
kepada Allah SWT.
Dengan demikian, Masjid Namirah di Arafah bukan hanya
menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol persatuan umat Islam dari seluruh
dunia. Kehadirannya terus mengingatkan umat pada pentingnya menjaga nilai-nilai
Islam yang murni dan universal.
Post a Comment